Penduduk
Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni orang-orang suku laut, dalam
perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses kulturisasi dan akulturasi.
Orang-orang laut itu sendiri berasal dari berbagai pulau. Orang laut dari
Belitung berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka. Sementara mereka yang
sudah berasimilasi menyebar ke seluruh Tanah Semenanjung dan pulau-pulau di
Riau. Kemudian kembali dan menempati lagi Pulau Bangka dan Belitung. Sedangkan
mereka yang tinggal di Riau Kepulauan berlayar ke Bangka. Datang juga
kelompok-kelompok Orang Laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Pada gelombang
berikutnya, ketika mulai dikenal adanya Suku Bugis, mereka datang dan menetap
di Bangka, Belitung dan Riau. Lalu datang pula orang dari Johor, Siantan yang
Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur dalam proses
akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang Minangkabau, Jawa,
Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang sudah lebih dulu
melebur. Lalu jadilah suatu generasi baru: Orang Melayu Bangka Belitung.
Bahasa
yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah
Bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah, namun seiring dengan
keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan antara lain bahasa
Mandarin dan bahasa Jawa.
Penduduk
Kepulauan Bangka Belitung merupakan masyarakat yang beragama dan menjunjung
tinggi kerukunan beragama. Ditinjau dari agama yang dianut terlihat bahwa
penduduk provinsi ini memeluk agama Islam dengan presentase sebesar 89,00
persen, untuk penduduk yang menganut agama Budha sebesar 4,24 persen, agama
Kristen Protestan sebesar 1,8 persen, agama Katholik sebesar 1,2 persen, agama
Hindu 0,09, Khong Hu Chu 3,25 dan lainnya0,41 persen. Tempat peribadatan agama
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 722 mesjid, 445
mushola, 120 langgar, 161 gereja protestan, 31 gereja katholik, 63 vihara
dan 11 centiya.
0 komentar:
Posting Komentar